Minggu, 21 November 2010

Malaysia bangsa Durhaka

Pengakuan dari seorang komentator asal kampar malaysia yang memberikan namanya di blog saya Ahmad Faisal menunjukan bahwa bangsa malaysia tak menghargai nenek moyang. Diakuinya bahwa orang tua (nenek moyang) bangsa Malaysia berasal dari bangsa Indonesia yang hijrah ke negeri jiran. Di sebutkannya bahwa orang-orang jawa, bugis, minang, banjar dan beberapa suku yang lain telah lama mendiami tanah melayu yang kini sering disebut Malaysia. Bahkan raja-raja bugis dan minang mendirikan kerajaan di Malaysia. Orang Minang Kabau memiliki negara bagian (state) sendiri yakni negeri sembilan.
Tak heran bila orang malaysia telah lama merasakan masakan rendang, dan beberapa kesenian lainnya yang berasal dari Indonesia. ”Orang sini mengenal rendang, wayang, jauh lebih lama sebelum nama malaysia,” kata Ahmad Faisal yang mengirim komentar dengan nomer IP 60.49.108.XX Telekom Malaysia Berhad.
Begitulah dalih orang malaysia untuk membenarkan klaim kebudayaan dan kesenian Indonesia. Menurutnya kebudayaan bukan milik negara namun milik sebuah bangsa. Durhakanya, orang malaysia yang lahir pada dasawarsa 90 an tak mau ambil pusing, leluhurnya dilangkahi, ditiadakan, dan tak diakuinya dalam menikmati dan memamerkan budayanya kepada bangsa lain. Tentunya perilaku yang demikian adalah sebuah kemunduran moral bagi orang malaysia. Prilaku yang malas dan tidak menggunakan sandaran pengetahuan sesuai tradisi sunni yang dianut oleh mayoritas orang malaysia. Istilah gampang bukan tradisi orang-orang pintar atau arif.
Aneh, kalau kangen sama kebudayaan leluhur yang diakuinya berasal dari Bangsa Indonesia, kenapa malah bikin penghinaan terhadap leluhurnya? Sebuah sikap yang konfrontratif ama orang tua justru yang ditunjukan. Awas kualat. Bukan kami sebagai bangsa nenek moyang malaysia melarang mengunakan budaya Indonesia di negerimu. Kami sangatlah senang, banyak orang-orang asing yang belajar menari pendet, jaipong, remong, reong, ndalang dsb di Indonesia. Namun bukan dengan cara berlaku ala anak durhaka seperti yang kalian tunjukan, hai anak-anak kami yang tinggal di negeri jiran. Janganlah menghina orang tuamu berlebihan seperti itu, kalau tidak mau nanti terkutuk sebagai bangsa durhaka.
Saat ini kami sudah tak sabar melihat tingkah lakumu yang sanga tak elok. Bahkan kami telah menyiapkan dan menguatkan batin untuk memerangimu meski kau dulu lahir dari rahimku. Janganlah kau rampas kekuatan terakhir orang tuamu yakni budaya. Budaya ini adalah hasil orang tuamu mempertahankan hidupnya anakku. Beradaptasi sekian ribu tahun untuk membesarkanmu. Janganlah sekali kali menjadi anak durhaka, nak. Ingat alam juga akan mengutukmu nanti. Dah banyak cerita tentang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar